Halaman

Senin, 21 Mei 2012

BAHASA BERITA

Bahasa dalam penyusunan laporan berita khusunya pada penulisan judul memang memiliki gayanya tersendiri. Namun sekarang, bahwasanya banyak media berita yang mengabaikan sistematika penulisan judul yang tepat. Seperti halnya yang sudah kita ketahui bahwa orang selalu berkata, "Judul itu harus ditulis SINGKAT, JELAS, dan PADAT". Pengertian kata 'padat' dalam penulisan judul teks atau wacana adalah mencakup keseluruhan isi dari teks itu. Pada kenyataannya judul-judul berita hanya berpatokan pada 'kepadatan' tapi tidak disertai dengan 'kejelasan', sehingga judul hanya menjadi singkat tanpa jelas menggambarkan isi teks tersebut. 
Jika hal tersebut dilakukan dengan dalih, "makanya baca dulu isinya baru memahami isi teks". Walau bagaimanapun maksud dan tujuan dari penulisan judul yang semacam itu, perlu dipertimbangkan respon yang muncul atau tanggapan orang-orang ketika membacanya.
Judul yang dibuat dengan pakem "singkat, jelas, dan padat" seharusnya dapat menarik pembaca untuk memahami isinya. Bukan malah membuat pembaca jadi salah paham terhadap judul berita itu. Misalnya, pada suatu waktu saya mendapati sebuah media massa yang juga mempublikasikan berita-beritanya melalui jejaring sosial. Saat itu tanpa disengaja ketika membaca timeline di salah satu jejaring sosial, saya melihat media tersebut menuliskan judul berita yang berbunyi "Mahasiswa Jambret Dihakimi Massa". Setelah membaca judul berita tersebut, ada beberapa pemahaman yang muncul, judul itu bisa saja berarti "ada seorang mahasiswa (jurusan jambret) yang dihakimi massa" atau bisa juga berarti jamak pada subjeknya yaitu mahasiswa yang mengarah kepada semua mahasiswa melakukan tindakan (jambret). Pemahaman ganda terhadap satu kalimat atau kelompok kata ini dapat disebut dengan AMBIGU.
Selain itu, pada salah satu media elektronik nasional yang bisa dikatakan sudah 'sangat' punya nama dinegara ini, pernah menuliskan judul berita yang berbunyi ".... Disergap Puluhan Massa". Kata 'massa' pada judul tersebut sudah bermakna jamak, jadi tidak perlu ditambah dengan kata bilangan 'puluhan', hal ini menyebabkan adanya PLEONASME pada judul berita itu. Selain itu, masih pada media elektronik yang sama, sanggahan terhadap penulisan judul berita dari salah seorang pemirsa yang menyaksikan siaran berita interaktif pada malam hari juga pernah disampaikan secara langsung, soal judu beritanya yang berbunyi "Gunung Salak Angker". Penonton tersebut merasa judul berita yang ia pahami terkesan melebih-lebihkan. Adapula pelafalan kata 'merubah' pada sebagian besar ragam bahasa baik secara lisan maupun tulisan. Jika dipisah antara imbuhan dan kata dasarnya menjadi (me-) + (ubah), semestinya afiks (me-) yang dibubuhi pada kata dasar 'ubah' adalah (meng-) bukan (mer-), karena dari klasifikasinya, afiks (me-) tidak ada yang berbentuk (mer-). Jadi, hal tersebut dapat dikatakan sebagai KONTAMINASI AFIKS. 
Itulah beberapa kesalahan berbahasa yang ditemui pada media massa. Laporan berita yang semestinya disampaikan dengan tepat serta akurat (semboyan sebagian besar media massa di Indonesia atau bahkan dunia) sudah semestinya memerhatikan hal-hal sekecil itu. Hal-hal yang seharusnya tidak perlu menjadi pokok permasalahan yang dapat menimbulkan kesalahpahaman publik. Oleh karenanya, bagi orang awam atau pun orang yang lebih mengerti, tiap kejadian serta peristiwa yang diberitakan adalah sama. Jadi, penggunaan BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR sebaiknya kita pahami sejak awal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar